Biannual Tourism Forum-Pandemi Ubah Tren Wisata Dunia

01/Dec/21212121
By Admin
0 comments

Biannual Tourism Forum-Pandemi Ubah Tren Wisata Dunia

Pandemi Covid 19 telah menggeser paradigma sektor pariwisata. Dari quantity tourism, ke quality tourism. Dari yang sebelumnya bersifat massal, cenderung lebih ke customize, personalize dan locally.  Dan perubahan tren yang tidak bisa ditolak adalah digitalisasi. Hal inilah yang mengemuka pada diskusi panel Biannual Tourism Forum yang diselenggarakan oleh Kemterian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang berlangsung di The Alana Malioboro Yogyakarta (1/12). 

Forum Biannual yang dihadiri oleh perwakilan desa wisata di Yogyakarta dan sekitarnya, perwakilan dinas pariwisata provinsi DIY-Jateng, serta dinas pariwisata kabupaten/kota di DIY dan sekitarnya, serta media. 

Dalam sambutannya Direktur Standar Kompetensi Kemenparekraf Titik Lestari mengatakan optimis bahwa dalam beberapa waktu ke depan, sektor pariwisata akan pulih dengan cepat di masa pandemi Covid 19 ini. “Kemenparekraf bermomitmen untuk terus mendorong percepatan pemulihan sektor pariwisata. Tapi memang harus diakui bahwa pandemi ini telah mengubah minat wisatawan terhadap kebutuhan sektor pariwisata, dari yang awalnya mementingkan kuantitas bergeser ke arah kualitas,” tutur Titik Lestari dalam Biannual Tourism Forum yang sudah diselenggarakan untuk kedua kalinya di tahun 2021 tersebut. 

Menurut Titik Lestari mengatakan 34 juta penduduk Indonesia sangat bergantung pada pergerakan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Hal inilah yang membuat percepatan pemulihan sektor ini harus menjadi perhatian bersama. 

Sementara ditambahkan oleh Direktur Wisata Minat Khusus Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf Alexander Reyaan. Menurut Alex, tren wisata dunia telah berubah ke wisata minat khusus. Hal ini tentunya menjadi peluang yang sangat bagus bagi kawasan Borobudur, Yogyakarta dan Prambanan. Tren ini, lanjut Alex, diprediksikan akan berlangsung sampai tahun 2030. “Budaya meliputi heritage, gastronomi, dan kuliner, Alam meliputi diving dan ekowisata, serta buatan meliputi wellness dan medical tourism. Yogyakarta termasuk kota menjadi jujukan untuk wisata wellness, kuliner, heritage, hingga ekowisata. Ini adalah potensi yang harus dikembangkan ke depan,”tuturnya. 

Pakar pengembangan pariwisata Desideria Cempaka Wijaya Murti dari Universitas Atmajaya Yogyakarta mengatakan digitalisasi menjadi tren yang tidak bisa ditolak dalam pengembangan pariwisata ke depan. Artificial intelegent menjadi salah satu faktor yang kini mulai diterapkan di banyak negara dan wilayah. “Harus pintar memilih dan memilah digital mana yang bisa diterapkan dan tentunya harus menghasilkan cuan,” tutur Desideria. (**)